Pages

Kamis, 16 Februari 2012


ABSTRAK

   Pengaruh frekuensi pengolesan minyak zaitun terhadap kejadian striae pada ibu hamil trimester II 

Salah satu perubahan pada ibu hamil adalah pada kulit yaitu tejadinya striae gravidarum pada perut ibu hamil, karena kulit meregang dalam tempo singkat. Manfaat minyak Zaitun secara non medis dapat mencegah terjadinya striae. Karena pentingnya manfaat minyak Zaitun untuk mencegah timbulnya striae diharapkan ibu hamil yang memasuki Trimester II dapat mengolesi secara rutin minyak Zaitun selama 30 hari. Di BPS Ny. Dwi Wahyu Hidayati kecamatan Widodaren kabupaten Ngawi tahun 2011, 83,3% ibu hamil trimester II memiliki striae dengan keluhan gatal–gatal dan tidak percaya diri dengan hal tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan meneliti tentang pengaruh frekuensi pengolesan minyak Zaitun terhadap kejadian striae pada ibu hamil trimester II. Jenis penelitian Quasi Eksperiment dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Post test Design. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil usia kehamilan >13 minggu sampai <20 minggu, ibu primipara, belum ada striae. Pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling berjenis purposive sampling sebanyak 30 ibu hamil. Pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan pengolesan minyak Zaitun. Untuk menganalisis hubungan antara kedua variabel menggunakan uji Chi Square dengan derajad kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan pengolesan rutin (86,67%) dengan hasil tidak timbul striae pada kehamilannya, sedangkan tidak rutin (13,33%) dengan hasil ada striae pada kehamilannya. Terbukti melalui hasil uji Chi Square didapatkan hasil p= 0.02 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 dan dk = 1  dengan demikian Ho ditolak. Hasil penelitian disimpulkan ada pengaruh frekuensi pengolesan minyak Zaitun terhadap kejadian striae pada ibu hamil trimester II. Oleh karena itu disarankan ibu hamil mencegah trjadi sriae pada kehamilan dengan pengolesan minyak Zaitun minimal 1x pengolesan/hari, utamanya mulai awal TM II untuk mendapatkan hasil maksimal.

Kata kunci: Frekuensi pengolesan minyak Zaitun, Kejadian Striae

Rabu, 08 Februari 2012

PMS


 PMS (Penyakit Menular Seksual)
§  PENGERTIAN
Adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme yang menimbulkan gejala klinik utama di saluran kemih dan reproduksi dan atau jalur penularannya melalui hubungan seksual.
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering  “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular seksual yang nantinya kita bahas disini antara lain :
1.      Herpes
2.         Gonorea
3.         Sifilis

§  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1.      Perubahan demografi
-          Jumlah penduduk
-          Mobilitas masyarakat
-          Kemajuan sosial ekonomi
-          Kebebasan sosial maupun kebebasan seks
2.      Perubahan sikap, terutama dalam bidang moral dan agama
3.      Kurang diberikannya pendidikan masalah yang berkaitan dengan seksualitas
4.      Merasa aman karena mudahnya obat atau alat kontrasepsi
5.      Fasilitas kesehatan kurang memadai
6.      Banyak kasus tanpa gejala, tetapi dapat menularkan yang lain

§  PENYEBAB
Kuman yang ditularkan melalui hubungan sekseual maupun melalui hubungan kelamin.


§  DILIHAT DARI PENYEBABNYA, PMS DAPAT DIBAGI DALAM KELOMPOK
-          Bakteri (gonore, chlamidia, sifilis)
-          Virus ( herpes genetalis, kondiloma akuminata, AIDS)
-          Protozoa (trichomoniasis )
-          Jamur  ( kandidiasis)
-          Ektoparasit (kutu kelamin)

§  DILIHAT DARI GEJALA YANG DITIMBULKANNYA, DAPAT DIKELOMPOKKAN
-          PMS dengan gejalanya keluarnya duh/cairan tubuh, misalnya : kencing nanah/ GO, chlamidia, trichoniasis
-          PMS dengan gejala timbulnya luka/ tukak pada alat kelamin, misalnya : sifilis
-          PMS dengan gejala timbulnya tumbuhan, misalnya : kondiloma akuminata
Gejala tersebut juga dapat disebabkan keadaan lain yang bukan PMS, sehingga apabila ada gejala tersebut muncul harus segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan yang lebih lanjut

§  ORANG YANG BERISIKO TINGGI UNTUK MENDAPAT PMS
-          Umur 20- 24 tahun, (pria 20-30 tahun), (wanita 16-24 tahun)
-          Orang sering bepergian
-          Prostitusi
-          Kaum homoseksual

§  PERLU DIINGAT
-          Seseorang yang mengidap PMS tidak selalu menunjukaa gejala terutama pada wanita
-          Penderita PMS mempunyai resiko tertular HIV/AIDS sebanyak 20x atau lebih disebabkan karena terdapatnya luka atau peradangan pada alat kelamin. Bila tidak diobati dengan baik, dapat mengakibatkan:
a.       Penyakit menjadi menahun (kronis)
b.      Kemandulan ( tidak bisa punya anak)
c.       Kanker alat reproduksi
d.      Sering keguguran
e.       Menularkan ke bayinya
f.       Gangguan kehamilan/kehamilan diluar kandungan
g.      Bayi lahir cacat
h.      Terkena infeksi HIV/AIDS
i.        Kematian

B.     Macam-macam PMS
1.    HERPES
ü  Definisi
Merupakan infeksi akut pada genetalia dengan gejala khas berupa vesikel.
ü  Etiologi
Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat kelamin luar.

Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II

HSV tipe I
HSV tipe II
Predileksi
Kulit dan mukosa di luar
Kulit dan mukosa daerah genetalia dan perianal
Kultur pada chorioallatoic membran (CAM) dari telur ayam
Membentuk bercak kecil
Membentuk pock besar dan tebal
Serologi
Antibodi terhadap HSV tipe I
Antibodi terhadap HSV tipe II
Sifat lain
Tidak bersifat onkogeni
Bersifat onkogeni


ü  Epidemiologi
Herpes simpleks virus tipe II ditemukan pada wanita pelacur 10x lebih tinggi daripada wanita normal. Sedangkan HSV tipe I sering dijumpai pada kelompok dengan sosioekonomi rendah.
ü  Patogenesis
Infeksi herpes genitalis dapat sebagai infeksi primer maupun sebagai infeksi rekuren.
·         Infeksi primer – Infeksi primer terjadi bila virus dari luar masuk ke dalam tubuh penderita, DNA dari tubuh penderita melakukan penggabungan dan mengadakan multiplikasi. Pada saat itu, tubuh hospes belum memiliki antibodi yang spesifik hingga menimbulkan lesi lebih luas. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut syaraf sensorik menuju ganglion sakralis (syaraf regional) dan berdiam disana.
·         Infeksi rekuren – Infeksi rekuren terjadi pada suatu waktu bila ada faktor tertentu (trigger factor) sehingga virus mengalami reaktivitas dan multiplikasi kembali.
ü  Gambaran Klinis (Tanda dan Gejala)
Tanda
·         Eritem vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi
·         Limfadenopati inguinal
·         Faringitis
·         Cervisitis
Gejala
·         Timbul 3-7 hari setelah paparan
·         Parestesia ringan dan rasa panas
·         Nyeri urinisasi ( retensi urin)
·         Vesikel jerih pada labia mayora dan minora, kulit perineum,vestibula vulva-vagina, mukosa servix
·         Timbul erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.
·         Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
·         5-7 hari, vesikel pecah dan keluar cairan jernih sehingga timbul keropeng.
·         Uretra dan vagina discharge
·         Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
·         Nyeri pada rektum
ü  Komplikasi
·         Gangguan mobilitas, vaginitis, urethritis, sistitis dan fisura ani herpetika terjadi bila mengenai region genetalia.
·         Abortus
·         Anomali kongenital
·         Infeksi pada neonatus (konjungtifitis/ keratis, ensefalitis, vesikulitis kutis, ikterus, dan anomali konvulsi).
ü          Diagnosis
-          Anammesa
-          Hispatologis
Vesikel herpes simplex terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi didalam stratum korneum membentuk vesikel.
-          Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK)
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan :
1.         ELISA
Elisa mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2
2.         Tes POCK
Untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensivitas yang tinggi.
-          Kultur Virus
Kultur virus diperoleh dari specimen pada lesi yang dicurigai masih mrupakan prosedur pilihan yang merupakan dold standart pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel dan pustul). Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sample. Jia titer dalam spesimen cukup tinggi maka hasil positif dapat dilihat dalam waktu 24-48 jam.
-          Secara klinis ditegakkan  dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.
-          Secara patologis perubahan imunoflrensensi pada lesi bula.
-          Pada herpes gestasional yang berbentuk krusta, setelah lesi tumbuh akan terbentuk area hiperpigmentasi yang kecil dan tidak berbentuk jaringan parut.
-          Pada infeksi asimtomatis, pemeriksaan screening serologis TORCH pada wanita hamil mencakup pemeriksaan serologis VHS tipe 1 dan tipe II.
-          Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus
ü  Penularan
·           Kontak kulit, ciuman, hubungan seks dan oral seks
·           Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes genitalis
·           Yang juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang mengidap HSV kepada bayi yang dikandung atau dilahirkannya.
ü  Pencegahan
·           Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV
·           Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus.
·           Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktiv dan invitro
·           Jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukannya herpes oral
·           Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan hepes genital yaitu :
    1. Medidik seseorang yang berisiko tinggi terkena herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan
    2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi baik simtomatis atau asimtomatis
    3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat
    4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari ndividu yang terinfeksi
    5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan
ü  Penanganan
·         Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secar umum perlu diperhatikan seperti menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus.
·         Lakukan pemeriksaan serologi (STS).
·         Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3 x 500 mg.
·         Bersihkan lesi dengan larutan antiseptic dan kompres dengan air hangat.
·         Keringkan dan oleskan acyclovir 5% topikal setelah nyeri berkurang, dioleskan 5-6 x/hari selama 10 hari oral 9x200 mg asikovir/hari.
·         Berikan acyclovir tablet 200 mg tiap 4 jam.
·         Rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neurosis, reaksi neurologik lokal, ketuban pecah dini maupun partus prematurus.
·         Berikan pengobatan pada pasangan berupa acyclovir oral selama 7 hari.
·         Bila terpaksa partus pervaginam, hindari transmisi ke bayi atau penolong.




2.      GONORHEA
ü  Pengertian
adalah penyakit kelamin yang bisa terjadi pada pria maupun wanita. Disebut juga penyakit kencing nanah atau GO.
ü  Penyebab
Penyebabnya adalah kuman Neisseria Gonorrhoea, disebut juga gonokokus, berbentuk diplokokus.
Kuman ini menyerang selaput lendir dari :
  • Vagina, saluran kencing dan daerah rahim/ leher rahim.
  • Saluran tuba fallopi.
  • Anus dan rektum.
  • Kelopak mata.
  • Tenggorokan.
ü  Tanda Dan Gejala
Penularan melalui oral, anal dan vaginal seks. Hampir 90% penderita GO tidak memperlihatkan keluhan dan gejala. Tanda pada penderita GO baik lelaki dan perempuan, bisa tanpa keluhan dan gejala.
Lelaki
  • Keluar cairan putih kekuning-kuningan melalui penis pada 2-7 hari setelah terinfeksi.
  • Terasa panas dan nyeri pada waktu kencing.
  • Sering buang  air kecil.
  • Terjadi pembengkakan pada pelir (testis).
  • Bila orang melakuakn seks anal munkin juga keluar cairan yang sama dari dubur
Perempuan
  • Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari seelah terinfeksi
  • Pengeluaran cairan vagina tidak seperti biasa.
  • Panas dan nyeri saat kencing.
  • Keluhan dan gejala terkadang belum tampak meskipun sudah menular ke saluran tuba fallopi.
  • Infeksi yang kronis umum terjadi dan bisa menyebabkan kemandulan
Bila gejala sudah meluas ke arah PID (Pelvic Inflamatory Disease) maka sering timbul :
  • Nyeri perut bagian bawah.
  • Nyeri pinggang bagian bawah.
  • Nyeri sewaktu hubungan seksual.
  • Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid.
  • Mual-mual.
  • Terdapat infeksi rektum atau anus.
Bila GO tidak diobati maka ± 1% dari lelaki dan wanita, akan terjadi DGI atau Dessiminated Gonorrhoe Infection. Tanda dan gejalanya  berupa demam, bercak di kulit, persendian bengkak dan nyeri, peradangan pada dinding rongga jantung, peradangan selaput pembungkus otak serta meningitis.
ü  Diagnosis
-          Pemeriksaan mikroskopik gram-strain dari smear yang diambil dari cairan itu (nanah)
-          Cara pembiakan jika tidak ditemukan bakteri saat pembiakan
-          Anemnesis berdasarkan gejala
-          Hubungan seksual melalui mulut (oral seks) dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal
-          Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan terjadinya infeksi mata luar ( konjungtivis gonore)
ü  Komplikasi
Komplikasi dapat timbul pada bayi, lelaki maupun perempuan dewasa.
  1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut pada saluran    kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan epididimis,
  2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan selaput lendir rahim setelah melahirkan (post partum endometriosis), abortus, cistitis (peradangan kandung kencing), peradangan disertai pus.
ü  Pencegahan
  • Menghindari seks bebas (free sex).
  • Monogami.
  • Penggunaan kondom saat vaginal, oral maupun anal seks.
ü Penanganan
  1. Gonore gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot)
  2. Pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu biasanya diberikan doksisiklin
  3. Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah. Biasanya dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena
  4. Pada masa kehamilan, berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2 gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7 hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c) Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal.
  5. Masa nifas, berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram dosis tunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal.
  6. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2 tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Amoksisilin + asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari; Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.
  7. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan hubungan seksual.
  8. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
  9. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

C.    SIFILIS
ü  Pengertian
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, bersifat kronik dan sistematik. Nama lain adalah Lues venereal atau raja singa.
ü  Penyebab
Penyebabnya adalah Treponema Pallidum, termasuk ordo Spirochaecrales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk spiral teratur, panjang 6-15 µm, lebar 0,15 µm, terdiri atas 8-24 lekukan. Pembiakan secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.
ü  Klasifikasi
-           Sifilis terbagi menjadi sifilis congenital dan sifilis akuista.
a.       Sifilis Kongenital, terbagi atas : Dini (sebelum 2 tahun), Lanjut (sesudah 2 tahun), Stigmat
b.       Sifilis Akuista, terbagi : Klinik, Epidemiologik
-          Menurut caranya sifilis dibagi menjadi tiga stadium yaitu : Stadium I (SI); Stadium II (SII); Stadium III (SIII)
-          Secara epidemiologik, WHO membagi menjadi :
a.       Stadium dini menular ( dalam waktu 2 tahun sejak infeksi), terdiri dari SI, SII, stadium rekuren dan stadium laten dini.
b.       Stadium lanjut tak menular (setelah 2 tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan SIII.
ü  Komplikasi
-            Pada kehamilan:
-          Kurang dari 16 minggu : kematian janin (sifilis fetalis).
-          Stadium lanjut : prematur, gangguan pertumbuhan  intra uterin, cacat berat (pnemonia, sirosis hepatika, splenomegali, pankreas kongenital, kelainan kulit dan osteokondritis).
ü  Tanda dan gejala
-          Timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah infeksi, rata-rata 3-4 minggu. Infeksi oleh treponema pallidum berkembang melalai 4 tahapan.
-          Fase primer
Terdarah,bentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri ( cangker) padatempat yang terinfeksi, yang sering adalah penis , vulva atau vagina.
Cangker juga bisa dtemukan dianus , rektum, bibir, idah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya.
Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi ulkus( luka terbuka) tanpa disertai dengan nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular.luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat keseluruhan.
-             Fase Sekunder
Diulai dengan ruam kulit yang lam waktu 5-12 minggu setelah terinfeksi. Meskipun tidak diobati , ruam akan mengholang dengan sendirinya.tetapai beberapa minggu atau bulan akan timbul ruam yang baru.
-             Fase laten
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun –tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita.
-             Fase Tersier
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
-          Lesi (berupa ulkus, soliter, dasar bersih, batas halus, bentuk bulat/longitudinal).
-          Tanpa nyeri tekan.
ü  Penularan
-          Kuman yang ditularkan melalui hubungang seks oral maupun melalui hubungan intim,
-          Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain sepserti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus)
ü  Diagnosa
-          Dalam anamnesis terdapat riwayat persalinan kurang bulan atau kelahiran mati
-          Tes serologis
-          Pendukung hasil tes serologis
·         Fluorescent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-ABS)
·         Microhemagglutinaton Assay For Antibodies to Treponemal Pallidum (TPHA)
-          Skrining pada saat PNC
-          Pada pasien resiko skrining diulang pada trimester III
ü  Penanganan
-          Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada persalinan.
-          Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada penggunaan instrumen.
-          Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap minggu dengan 4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100 mg oral hingga 20 hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
-          Sebelum pemberian terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis kongenital, maka dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap bulan sampai negatif. Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per minggu hingga 4x pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari).
-          Lakukan konseling preventif, pengobatan tuntas dan asuhan mandiri.
-          Memastikan pengobatan lengkap dan kontrol terjadwal.
-          Pantau lesi kronik atau gejala neurologik yang menyertai.
-          Durasi infeksi < 1 tahun
a.       Benzathine penicilline 2,4 juta U IM dosis tunggal. Ada yang menganjurkan dosisi ulangan 1 minggu kemudian
b.      Apabila alergi penicilline diberi eritromisin 4x500mg per oral selama 15 hari
-          Durasi infeksi < 1 tahun
a.       Benzathine penicilline G 2,4 juta U IM setiap minggu untuk 3 kali pemberian. Apabila alergi penicilline diberi eritromisin 4x500mg selama 30 hari
-          VDRL test diulang pada 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, setelah terapi karena akan terjadi penurunan titer 4 kali lipat selama tahun pertama
-          Setelah menjalani pengobatan, penderita sifilis fase laten atau fase tersier diperiksa secara teratur
-          Hasil positif dari pemeriksaan antibody yang biasanya menetap selama beberapa tahun, kadang seumur hidup penderita. Hal ini tidak menunjukkan adanya suatu infeksi baru. Untuk mengetahui adanya infeksi baru dilakukan pemeriksaan darah yang lain